Sejarah Pondok Tanggui dan Camp Leakey tidak bisa dilepaskan dari upaya panjang penyelamatan orangutan Kalimantan yang mengalami tekanan luar biasa sejak beberapa dekade silam. Pada akhir tahun 1960-an hingga awal 1970-an, populasi orangutan berada di titik kritis akibat maraknya perambahan hutan untuk pembukaan lahan, kebakaran besar yang sering terjadi pada musim kemarau, serta meningkatnya aktivitas perburuan yang menjadikan primata ini sebagai komoditas perdagangan gelap. Kondisi tersebut mendorong munculnya gagasan membangun pusat rehabilitasi yang tidak hanya berfungsi untuk melepasliarkan satwa yang telah diselamatkan, tetapi juga menjadi wadah penelitian serta edukasi bagi masyarakat luas. Dari sinilah Pondok Tanggui dan Camp Leakey lahir sebagai dua lokasi yang memiliki fungsi berbeda namun saling melengkapi.
Pondok Tanggui dibangun sebagai tempat persinggahan sementara bagi orangutan muda sebelum mereka dilepas kembali ke rimba bebas. Melalui sistem pengawasan yang ketat, ranger memastikan setiap individu belajar kembali mencari makan, membuat sarang, dan beradaptasi dengan habitatnya. Sementara Camp Leakey lebih dikenal sebagai laboratorium lapangan, didirikan oleh Dr. Biruté Mary Galdikas bersama tim ilmuwan internasional yang mendedikasikan penelitian mereka untuk memahami perilaku orangutan, siklus hidup, hingga interaksinya dengan ekosistem hutan hujan tropis. Berkat konsistensi selama puluhan tahun, Camp Leakey telah menghasilkan ribuan catatan ilmiah yang menjadi rujukan dunia.
Kini, Pondok Tanggui Camp Leakey tidak hanya menjadi pusat konservasi, tetapi juga destinasi ekowisata yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Kehadirannya di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting semakin mempertegas betapa pentingnya peran Kalimantan dalam menjaga keseimbangan lingkungan global.
Lokasi Strategis dan Rute Perjalanan
Lokasi Pondok Tanggui cukup strategis karena berada tepat di jalur utama yang dilewati para pelancong saat menjelajah kawasan konservasi orangutan. Untuk mencapai lokasi ini, perjalanan biasanya dimulai dari Bandara Pangkalan Bun yang menjadi pintu masuk utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Setelah tiba di bandara, pengunjung akan melanjutkan perjalanan darat menuju Pelabuhan Kumai Pangkalan Bun, yang hanya berjarak sekitar 20–30 menit. Dari titik ini, sensasi petualangan sejati dimulai, sebab wisatawan akan berlayar menggunakan perahu kayu tradisional Kalimantan yang disebut klotok. Perahu kayu ini dirancang dengan dek terbuka sehingga penumpang bisa menikmati panorama hutan tropis yang masih alami.
Perjalanan melalui sungai menjadi pengalaman unik tersendiri karena sepanjang jalur pengunjung dapat menyaksikan kehidupan liar, mulai dari burung enggang, bekantan, hingga biawak yang berenang di tepian air. Rute utama menuju Pondok Tanggui melewati Sungai Sekonyer Kalimantan Tengah, salah satu aliran sungai besar yang menjadi nadi transportasi dan sarana utama untuk menuju kawasan konservasi. Waktu tempuh dari dermaga hingga Pondok Tanggui biasanya sekitar dua jam perjalanan menggunakan klotok dengan suasana yang tenang dan menenangkan.
Selain sebagai akses transportasi, jalur ini juga memberi kesan mendalam karena menghadirkan pengalaman menyatu dengan alam. Udara segar hutan, suara satwa liar, dan aliran sungai yang jernih membuat perjalanan terasa begitu berkesan. Perjalanan menuju Pondok Tanggui bukan hanya sekadar akses transportasi, melainkan rangkaian pengalaman wisata yang memperkaya nilai eksplorasi hutan hujan tropis Kalimantan.
Keistimewaan Pondok Tanggui
Pondok Tanggui dikenal sebagai salah satu pusat rehabilitasi orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting yang menghadirkan pengalaman unik bagi para penjelajah alam. Daya tarik utama kawasan ini bagi banyak pengunjung adalah kesempatan langka menyaksikan kehidupan orangutan secara langsung di alam liar. Setiap pagi, pengunjung bisa melihat proses pemberian makan pada orangutan yang menjadi momen paling ditunggu, karena satwa-satwa tersebut muncul dari balik rimbunnya hutan untuk menikmati buah dan susu yang telah disiapkan oleh para ranger. Pemandangan ini tidak hanya memberikan kesan mendalam, tetapi juga memperlihatkan kedekatan manusia dengan satwa yang dilindungi.
Selain itu, Pondok Tanggui memiliki suasana hutan tropis yang masih asri dengan udara segar dan suara satwa liar yang menambah kesan eksotis. Berjalan di sepanjang jalur kayu menuju area utama, pengunjung akan menemukan keanekaragaman hayati khas Kalimantan yang jarang ditemui di tempat lain. Bukan hanya orangutan, terkadang terlihat kera ekor panjang, burung-burung berwarna cerah, hingga kupu-kupu yang beterbangan bebas di sekitar pepohonan. Dari sini pula wisatawan dapat memahami lebih dalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis.
Menariknya, kawasan ini tidak hanya menyajikan interaksi dengan satwa, tetapi juga menyimpan potensi edukasi alam yang luas. Para pemandu biasanya akan berbagi kisah konservasi, pengetahuan flora dan fauna, bahkan memberikan informasi tentang kantong semar yang tumbuh alami di sekitar jalur. Semua pengalaman tersebut menjadikan Pondok Tanggui bukan sekadar destinasi wisata, melainkan juga ruang pembelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan makhluk hidup di dalamnya.
Camp Leakey : Surga Penelitian Orangutan
Camp Leakey tidak hanya berfungsi sebagai pos pengawasan, melainkan juga pusat penelitian yang menjadi nadi konservasi orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting. Didirikan pada tahun 1971 oleh pasangan ahli primatologi Dr. Biruté Mary Galdikas dan Rod Brindamour, camp ini telah mencatat sejarah panjang dalam upaya memahami perilaku, ekologi, hingga dinamika sosial orangutan Kalimantan. Sejak awal berdiri, Camp Leakey berfungsi sebagai laboratorium hidup, di mana berbagai penelitian lapangan dilakukan langsung di habitat asli orangutan, sesuatu yang jarang ditemui di tempat lain.
Hal menarik dari camp ini adalah perannya dalam proses rehabilitasi orangutan yang sebelumnya menjadi korban perdagangan ilegal maupun perusakan habitat. Di sini, satwa-satwa yang pernah terjebak dalam dunia manusia secara perlahan dilatih kembali untuk mengenal makanan alami, berinteraksi dengan kelompoknya, serta mengasah kemampuan bertahan hidup di hutan tropis. Tidak sedikit individu yang berhasil dilepasliarkan kembali setelah menjalani masa adaptasi di Camp Leakey, menjadikannya bukti nyata keberhasilan program konservasi.
Selain sebagai lokasi penelitian, camp ini juga berfungsi sebagai pusat edukasi bagi wisatawan maupun peneliti muda. Nesian Trippers yang berkunjung biasanya diajak menyaksikan sesi pemberian makan orangutan di platform khusus, di mana kesempatan melihat interaksi langsung antara satwa liar dan peneliti menjadi pengalaman yang sulit dilupakan. Suasana hutan hujan tropis yang masih asri, berpadu dengan keberadaan berbagai flora dan fauna endemik, semakin menambah daya tarik Camp Leakey. Tidak heran jika lokasi ini dianggap sebagai “surga penelitian orangutan” yang menjadi simbol perjuangan global melindungi satwa terancam punah.
Keanekaragaman Hayati di Sekitar Sungai Sekonyer
Sungai Sekonyer di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting tidak hanya berfungsi sebagai jalur utama transportasi menuju Camp Leakey, tetapi juga menjadi rumah bagi berbagai makhluk hidup yang menambah daya tarik kawasan ini. Di sepanjang aliran sungai, pemandangan vegetasi hutan tropis yang lebat menghadirkan habitat alami bagi satwa liar yang sulit ditemukan di tempat lain. Pada pagi dan sore hari, wisatawan yang menyusuri sungai seringkali mendengar suara-suara khas dari pepohonan, seperti seruan kelompok primata yang berpindah dari cabang ke cabang atau kicauan burung dengan nada yang unik. Satwa khas seperti bekantan dengan hidung panjang sering terlihat beristirahat di pepohonan bakau, sementara monyet ekor panjang lincah bergerak gesit di antara ranting seolah menunjukkan kelihaiannya.
Selain primata, kawasan ini juga terkenal dengan keberagaman avifauna. Burung besar seperti rangkong kerap melintas dengan kepakan sayap yang kokoh namun indah, sedangkan di tepi sungai yang tenang sesekali tampak raja udang berwarna cerah menyambar ikan kecil. Di balik ketenangan air, terdapat predator puncak yaitu buaya muara yang berdiam diri dengan sabar, menjadi bagian penting dari keseimbangan ekosistem perairan ini. Seluruh satwa tersebut hidup berdampingan dengan vegetasi khas lahan gambut, menjadikan Sungai Sekonyer sebagai potret kehidupan alami yang menakjubkan. Tidak heran jika banyak peneliti, fotografer, hingga pecinta alam dari berbagai negara rela datang jauh-jauh demi menyaksikan langsung kekayaan hayati yang luar biasa di sepanjang aliran sungai yang penuh misteri ini.
Aktivitas Seru di Pondok Tanggui Camp Leakey
Berada di Pondok Tanggui dan Camp Leakey tidak hanya soal menikmati panorama hutan tropis Kalimantan yang memukau, tetapi juga kesempatan mengikuti beragam aktivitas yang penuh pengalaman berharga. Salah satu kegiatan paling ditunggu adalah Feeding Orangutan, momen ketika satwa karismatik ini mendekat ke area yang sudah disediakan ranger untuk mendapatkan tambahan makanan. Saat itu, Nesian Trippers bisa menyaksikan dari jarak aman bagaimana interaksi orangutan dengan habitatnya, sekaligus mendapatkan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga kelestarian mereka. Selain itu, ada jalur Trekking Hutan yang membawa pengunjung menyusuri rimba dengan pohon-pohon raksasa, suara burung endemik, dan jejak kehidupan liar lainnya. Setiap langkah menghadirkan sensasi petualangan yang sulit dilupakan, apalagi bagi pencinta alam sejati.
Bagi yang ingin lebih santai, kegiatan River Cruise dengan klotok di sungai Sekonyer menjadi cara ideal menikmati suasana. Pemandangan hutan yang terbentang di kiri kanan sungai sering kali dihiasi monyet ekor panjang, bekantan, hingga burung enggang yang terbang bebas. Aktivitas fotografi satwa liar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen langka bersama penghuni hutan. Cahaya alami hutan berpadu dengan karakter satwa memberikan hasil foto yang otentik dan menawan. Tak ketinggalan, kegiatan Edukasi Konservasi yang disampaikan oleh tim ranger maupun peneliti, membuat setiap pengunjung memahami lebih dalam betapa pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem Taman Nasional Tanjung Puting. Semua rangkaian kegiatan ini berpadu menjadikan perjalanan ke Pondok Tanggui dan Camp Leakey bukan sekadar liburan, melainkan pengalaman belajar sekaligus petualangan yang membuka wawasan baru.
Camp Tanjung Harapan : Pintu Masuk Perjalanan
Camp Tanjung Harapan menjadi titik awal yang tak tergantikan ketika menjelajahi Taman Nasional Tanjung Puting. Tempat ini bukan sekadar pos pengawasan, tetapi juga berfungsi sebagai lokasi penting untuk pengenalan pertama wisatawan terhadap kehidupan liar khas Kalimantan. Begitu sampai di kawasan ini, Nesian Trippers akan disambut dengan suasana hutan tropis yang rimbun, udara segar yang berpadu dengan aroma kayu basah, serta suara fauna liar yang menjadi harmoni alami. Di sinilah perjalanan petualangan dimulai, sekaligus menjadi penghubung utama menuju berbagai camp penelitian orangutan lainnya. Menariknya, di area ini terdapat jalur trekking yang aman bagi wisatawan, sehingga mereka bisa langsung merasakan atmosfer hutan hujan dengan lebih dekat. Selain itu, fasilitas sederhana seperti dermaga, pos ranger, serta jalur kayu mempermudah akses sekaligus menjaga ekosistem tetap terjaga.
Camp Tanjung Harapan menghadirkan kesan awal yang memikat bagi pecinta alam, karena sering kali menjadi tempat pertama wisatawan melihat aktivitas satwa seperti enggang, monyet ekor panjang, hingga bekantan yang bergelantungan di pepohonan. Keunikan lain dari lokasi ini adalah adanya sesi pemberian makan orangutan yang sudah terbiasa dengan lingkungan manusia, namun tetap dijaga agar tidak kehilangan sifat liarnya. Bagi peneliti maupun pegiat konservasi, area ini juga berfungsi sebagai titik strategis untuk mempelajari interaksi manusia dengan satwa serta menjaga keberlangsungan program rehabilitasi. Tak heran bila Camp Tanjung Harapan selalu dianggap sebagai gerbang menuju pengalaman luar biasa, terutama dengan keberadaan dermaga Camp Tanjung Harapan Wharf di Kabupaten Kotawaringin Barat yang menjadi pintu masuk kapal wisata serta klotok dari pelabuhan utama. Dari titik ini, perjalanan penuh kenangan menuju hutan Kalimantan dimulai.
Paket Wisata dan Open Trip ke Pondok Tanggui
Banyak yang menganggap Camp Tanjung Harapan sebagai pintu resmi bagi para penjelajah yang ingin melihat kehidupan orangutan dari dekat di habitatnya. Terletak di tepian Sungai Sekonyer, kawasan ini menghadirkan suasana alami yang penuh ketenangan, dengan deretan hutan tropis lebat, suara satwa liar, serta udara segar khas pedalaman Kalimantan. Saat tiba di dermaga, Nesian Trippers akan disambut panorama menawan yang menjadikan perjalanan semakin berkesan. Karena itu, lokasi ini kerap dijadikan pemberhentian awal dalam berbagai paket perjalanan yang diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain menyaksikan pemberian makan orangutan yang menjadi atraksi utama, Camp Tanjung Harapan juga memungkinkan pengunjung untuk memahami pentingnya konservasi satwa langka ini. Pemandu lokal biasanya akan menjelaskan detail mengenai ekosistem hutan, kebiasaan orangutan, hingga peran masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian alam. Hal ini membuat setiap kunjungan bukan hanya sekadar wisata, tetapi juga pengalaman edukatif yang mendalam. Untuk Nesian Trippers yang memiliki waktu terbatas, tersedia opsi Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 1 Hari, sedangkan bagi yang ingin suasana lebih lama bisa memilih Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 2 Hari 1 Malam atau bahkan Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 3 Hari 2 Malam agar lebih puas menikmati seluruh destinasi menarik di kawasan ini.
Dari sisi akses, Camp Tanjung Harapan mudah dijangkau karena terletak dekat dengan jalur utama klotok yang berangkat dari Kumai. Dermaga resmi yang dikenal sebagai Camp Tanjung Harapan Wharf di Kotawaringin Barat menjadi titik keberangkatan penting sebelum wisatawan benar-benar masuk ke kawasan hutan tropis. Setiap langkah di tempat ini seakan mengantarkan petualangan baru, sekaligus membuka wawasan tentang betapa pentingnya menjaga warisan alam yang tak ternilai.
Pengalaman Menginap di Klotok
Menginap di atas klotok menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan ketika menjelajah Taman Nasional Tanjung Puting. Kapal kayu tradisional khas Kalimantan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi di sepanjang Sungai Sekonyer, tetapi juga menjadi tempat beristirahat, makan, hingga menikmati suasana hutan tropis yang masih sangat alami. Bagi wisatawan yang memilih paket perjalanan tiga hari dua malam, bermalam di atas klotok menghadirkan pengalaman berbeda, sebab suasana malam selalu ditemani suara hutan, serangga, burung malam, bahkan kadang terdengar panggilan orangutan dari kejauhan.
Fasilitas yang tersedia di atas klotok cukup lengkap dan nyaman untuk mendukung aktivitas wisata. Terdapat tempat tidur sederhana dengan kelambu untuk melindungi dari nyamuk, toilet bersih, serta ruang makan terbuka di dek utama yang memungkinkan pengunjung menyantap hidangan sambil menikmati panorama hutan di kanan-kiri sungai. Makanan yang disajikan biasanya berupa masakan khas Indonesia dengan cita rasa rumahan, membuat perjalanan terasa lebih hangat dan akrab.
Salah satu momen paling dinantikan saat menginap di klotok adalah ketika malam tiba. Dek kapal menjadi tempat sempurna untuk bersantai sambil menatap langit penuh bintang yang jarang terlihat jelas di perkotaan. Suasana hening dan udara segar menambah kesan mendalam, menjadikan pengalaman ini begitu sulit dilupakan. Di pagi hari, wisatawan akan disambut pemandangan kabut tipis di atas sungai yang menciptakan nuansa magis.
Menghabiskan malam di klotok bukan sekadar tidur di atas air, melainkan perjalanan batin yang menyatukan manusia dengan alam. Sensasi ini membuat setiap detik terasa istimewa, menjadikan perjalanan ke Taman Nasional Tanjung Puting benar-benar tak tergantikan.
Ekowisata dan Dampaknya Bagi Masyarakat Lokal
Ekowisata di kawasan Tanjung Puting bukan hanya memberi manfaat bagi kelestarian lingkungan, tetapi juga menghadirkan dampak positif yang terasa langsung oleh masyarakat sekitar. Kehadiran wisatawan dari berbagai daerah hingga mancanegara membuka peluang baru dalam bidang ekonomi, terutama melalui aktivitas perdagangan dan jasa. Warga setempat dapat berjualan kerajinan tangan, makanan tradisional, atau menyewakan transportasi air seperti perahu kecil untuk mengantarkan pengunjung menjelajahi sungai. Hal ini memberikan sumber pendapatan alternatif selain dari kegiatan bertani atau mencari hasil hutan yang selama ini menjadi mata pencaharian utama.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata membuat mereka lebih memahami pentingnya menjaga ekosistem. Kesadaran lingkungan meningkat seiring dengan pelatihan yang diberikan oleh pihak pengelola maupun lembaga konservasi. Banyak pemuda lokal yang kini berprofesi sebagai pemandu wisata, menceritakan tentang flora, fauna, serta budaya daerah mereka dengan penuh kebanggaan. Peran ini menjadikan masyarakat tidak hanya sebagai penonton, tetapi juga bagian penting dalam menjaga kelangsungan pariwisata yang berkelanjutan.
Dampak positif lain terlihat pada sektor pendidikan. Dengan adanya kegiatan wisata, beberapa organisasi memberikan dukungan berupa beasiswa, fasilitas sekolah, hingga program literasi bagi anak-anak di desa sekitar. Hal ini membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih siap menghadapi perkembangan zaman. Di sisi lain, adanya interaksi dengan wisatawan dari berbagai latar belakang memperkaya wawasan masyarakat mengenai budaya luar. Semua hal ini membuktikan bahwa ekowisata tidak hanya berfokus pada alam, tetapi juga menciptakan keseimbangan antara konservasi, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal.
Tips Lengkap Bagi Nesian Trippers
Bagi Nesian Trippers yang berencana menjelajahi Taman Nasional Tanjung Puting, persiapan yang matang adalah kunci agar perjalanan berjalan lancar dan menyenangkan. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah membawa perlengkapan pribadi yang sesuai dengan kondisi tropis, seperti pakaian berbahan ringan, sandal gunung atau sepatu yang nyaman, topi, kacamata hitam, serta jas hujan tipis untuk menghadapi cuaca tak menentu. Jangan lupa juga untuk menyiapkan obat-obatan pribadi, lotion anti nyamuk, serta sunscreen agar tetap terlindungi dari gigitan serangga dan paparan matahari sepanjang perjalanan.
Disarankan membawa botol minum pribadi agar tetap terhidrasi sekaligus membantu mengurangi sampah plastik sekali pakai. Nesian Trippers juga sebaiknya mempersiapkan baterai cadangan, powerbank, serta kamera untuk mengabadikan momen spesial bersama orangutan dan panorama hutan Kalimantan. Jika memungkinkan, bawa buku catatan kecil untuk menuliskan pengalaman atau mengamati perilaku satwa liar yang unik.
Etika saat berada di kawasan konservasi juga tak kalah penting. Hindarilah memberi makan satwa liar, selalu jaga jarak aman saat bertemu orangutan, dan ikuti petunjuk pemandu demi menjaga kelestarian habitat alaminya. Saat berada di atas klotok atau saat trekking di jalur hutan, biasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan serta menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan mental. Perjalanan ke pedalaman Kalimantan bisa memakan waktu panjang dan melelahkan, namun semua itu akan terbayar dengan pengalaman yang tidak terlupakan. Dengan persiapan yang tepat, sikap yang bertanggung jawab, serta rasa ingin tahu yang tinggi, Nesian Trippers dapat menikmati petualangan dengan nyaman sekaligus ikut berkontribusi menjaga kelestarian hutan dan satwa di Tanjung Puting.