Bandara Pangkalan Bun adalah pintu gerbang utama melalui jalur udara yang melayani wilayah barat Kalimantan Tengah, khususnya Kota Pangkalan Bun dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Bandar udara ini secara resmi dinamai Bandar Udara Iskandar, sebagai penghargaan terhadap seorang tokoh militer asal Kalimantan yang memiliki kontribusi penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Letaknya sangat strategis, hanya sekitar 10–15 menit dari pusat kota, menjadikannya titik awal penting bagi Nesian Trippers yang ingin menjelajahi keindahan alam tropis Kalimantan.
Bandara ini termasuk dalam kategori bandara kelas menengah yang memiliki fasilitas cukup lengkap untuk mendukung aktivitas penerbangan domestik. Dikelola langsung oleh Kementerian Perhubungan melalui Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU), Bandara Iskandar telah mengalami berbagai peningkatan infrastruktur selama satu dekade terakhir guna mendukung kenyamanan penumpang serta mendongkrak konektivitas regional.
Peran bandara ini sangat strategis, bukan hanya sebagai sarana transportasi udara, melainkan juga sebagai penggerak utama sektor pariwisata dan distribusi logistik di wilayah Kalimantan Tengah. Bandara ini menghubungkan Pangkalan Bun ke kota-kota besar di Indonesia, dan menjadi titik transit bagi wisatawan yang ingin menjelajahi kawasan konservasi hutan hujan tropis yang mendunia.
Dari sisi sejarah, Bandara Pangkalan Bun dulunya berfungsi sebagai landasan udara militer sebelum diubah menjadi bandara sipil. Kini, peranannya jauh lebih besar, menjadi simpul transportasi penting bagi penduduk lokal, wisatawan, serta pelaku industri yang beraktivitas di wilayah barat Kalimantan Tengah.
Sejarah dan Latar Belakang Bandara Pangkalan Bun
Bandara Pangkalan Bun memiliki sejarah yang cukup panjang dan erat kaitannya dengan peran strategis militer serta pembangunan wilayah di Kalimantan Tengah. Nama Bandar Udara Iskandar diberikan untuk mengenang Mayor Iskandar, perwira TNI AU yang berasal dari Kalimantan dan gugur saat menjalankan tugas sebagai bentuk pengabdian terhadap bangsa. Nama ini menjadi simbol dedikasi serta keberanian, sekaligus mewakili identitas lokal yang kuat.
Awalnya, bandara ini dibangun sebagai landasan udara militer pada masa awal kemerdekaan. Fasilitasnya dimanfaatkan untuk mendukung operasi pertahanan serta distribusi logistik oleh TNI AU. Posisi geografisnya yang berada di pesisir barat Kalimantan menjadikan lokasi ini ideal untuk kepentingan pengawasan wilayah udara dan kegiatan patroli strategis.
Namun seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat akan akses transportasi udara, pemerintah mulai mengalihkan fungsi bandara ini menjadi fasilitas publik. Proses peralihan ini berlangsung bertahap sejak akhir 1960-an hingga awal 1980-an. Sejak saat itu, bandara mulai dilengkapi dengan berbagai infrastruktur sipil seperti terminal penumpang, hanggar pesawat kecil, serta jalur taksi pesawat.
Transformasi dari pangkalan militer menjadi bandara komersial tidak hanya menandai perubahan fungsi, tetapi juga membuka babak baru dalam konektivitas regional. Selain melayani kebutuhan warga lokal, Bandara Pangkalan Bun mulai berperan besar dalam mendukung sektor ekonomi dan wisata berbasis konservasi. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, bandara ini menjadi salah satu titik transportasi tersibuk di kawasan barat Kalimantan Tengah.
Fasilitas dan Infrastruktur
Bandara Pangkalan Bun memiliki fasilitas yang terus berkembang demi memenuhi kebutuhan penerbangan domestik dan kenyamanan penumpang dari berbagai kalangan. Bandara ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 3.000 hektare, namun baru sekitar 200 hektare yang dimanfaatkan untuk operasional utama. Sisa lahan masih berupa kawasan hutan, yang menyimpan potensi besar untuk ekspansi jangka panjang jika diperlukan di masa mendatang.
Landasan pacu di bandara ini memiliki ukuran 2.120 meter panjang dan 45 meter lebar, memungkinkan operasional pesawat jet kelas menengah seperti Airbus A320 dan Boeing 737. Permukaan runway terbuat dari aspal dengan kualitas yang mendukung operasional harian dalam berbagai kondisi cuaca tropis.
Terminal penumpang memiliki luas sekitar 3.500 meter persegi, mampu menampung ratusan penumpang setiap harinya dengan fasilitas dasar seperti ruang tunggu ber-AC, toilet, musholla, area bagasi, konter check-in, serta area kedatangan dan keberangkatan yang terpisah. Selain itu, terdapat terminal kargo seluas 516 meter persegi, yang dimanfaatkan untuk pengiriman barang dan logistik regional.
Bandara ini juga dilengkapi dengan alat navigasi modern seperti PAPI, NDB, dan sistem penerangan runway untuk mendukung operasional malam hari. Fasilitas pendukung seperti lahan parkir kendaraan, pos keamanan, dan kantor administrasi telah tersedia guna menjamin kelancaran aktivitas operasional bandara.
Bagi Nesian Trippers yang memerlukan layanan tambahan, tersedia fasilitas penunjang seperti warung makan sederhana, tempat duduk outdoor, serta loket informasi. Meskipun skalanya belum sebesar bandara internasional, infrastruktur yang dimiliki Bandara Pangkalan Bun sudah cukup representatif sebagai simpul transportasi di wilayah barat Kalimantan Tengah.
Maskapai dan Rute Penerbangan
Bandara Pangkalan Bun saat ini dilayani oleh sejumlah maskapai penerbangan domestik yang menghubungkan kota ini dengan berbagai pusat ekonomi dan administrasi penting di Indonesia. Rute yang tersedia tidak hanya mempermudah mobilitas masyarakat lokal, tetapi juga menjadi jalur utama bagi wisatawan, pelaku bisnis, dan pengunjung dari berbagai daerah yang ingin menjelajahi wilayah barat Kalimantan Tengah.
Maskapai yang paling aktif melayani penerbangan dari dan ke Bandara Iskandar adalah Batik Air, Nam Air, Wings Air, dan Susi Air, dengan frekuensi teratur setiap harinya. Rute populer yang dilayani mencakup jalur Pangkalan Bun – Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta), Pangkalan Bun – Surabaya, serta Pangkalan Bun – Semarang. Rute-rute ini menjadi urat nadi utama konektivitas antar pulau dan sangat penting bagi pergerakan ekonomi daerah.
Selain itu, pada awal tahun 2024, maskapai Citilink resmi membuka layanan rute Pangkalan Bun – Jakarta dengan menggunakan pesawat Airbus A320 berkapasitas besar, sebagai respon terhadap peningkatan permintaan penumpang. Hadirnya maskapai ini menambah opsi serta memperluas kapasitas harian yang bisa dilayani oleh bandara.
Tak hanya melayani rute penerbangan utama, maskapai perintis seperti Smart Aviation juga melayani jalur pendek antar kota di Kalimantan, misalnya rute Pangkalan Bun – Sampit – Palangkaraya yang dijadwalkan dua kali seminggu. Rute ini sangat membantu mobilitas antar kota yang belum terjangkau jalur darat secara maksimal.
Kehadiran beberapa maskapai dan rute ini menjadikan Bandara Pangkalan Bun sebagai pusat penghubung strategis di Kalimantan Tengah yang terus berkembang mengikuti kebutuhan pasar penerbangan domestik.
Rencana Pengembangan Bandara Pangkalan Bun
Bandara Pangkalan Bun tengah diproyeksikan sebagai salah satu bandara regional yang akan mengalami peningkatan signifikan dalam hal kapasitas, fasilitas, serta dukungan teknis. Pemerintah pusat, melalui Kementerian Perhubungan, telah menyiapkan beberapa tahap pengembangan yang dirancang untuk menjawab lonjakan kebutuhan transportasi udara sekaligus memperkuat posisi strategis bandara sebagai simpul logistik dan pariwisata di Kalimantan Tengah.
Salah satu fokus utama dalam proyek pengembangan bandara adalah memperpanjang landasan pacu dari 2.120 meter menjadi 2.500 meter untuk mendukung peningkatan aktivitas penerbangan. Target ini ditetapkan agar Bandara Pangkalan Bun dapat mendukung pendaratan dan lepas landas pesawat berbadan lebar dengan muatan lebih besar, termasuk pesawat kargo. Bahkan dalam rencana jangka panjang, runway disiapkan untuk diperpanjang hingga 4.000 meter, menjadikannya salah satu yang terpanjang di pulau Kalimantan.
Tak hanya sisi udara, terminal penumpang juga direncanakan untuk direkonstruksi menjadi lebih luas, modern, dan ramah lingkungan. Terminal baru ini akan dilengkapi dengan fasilitas digitalisasi layanan, ruang tunggu berkapasitas tinggi, serta zona komersial untuk mendukung aktivitas ekonomi lokal.
Fasilitas kargo dan logistik juga menjadi perhatian utama. Dengan potensi besar dalam mendukung aktivitas ekspor dan impor, termasuk rencana pemasukan sapi potong dari Australia, Bandara Pangkalan Bun disiapkan menjadi salah satu simpul utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Proses pembebasan lahan tambahan, penyusunan masterplan, serta alokasi dana APBN telah dimulai, dan proyek konstruksi direncanakan berlangsung bertahap mulai tahun 2025. Peningkatan ini diharapkan mampu menjadikan Bandara Iskandar sebagai bandara regional berstandar nasional dalam waktu dekat.
Akses dan Transportasi Menuju dan Dari Bandara
Bandara Pangkalan Bun memiliki lokasi yang cukup strategis, hanya berjarak sekitar 5 hingga 7 kilometer dari pusat Kota Pangkalan Bun. Akses menuju bandara ini dapat ditempuh dalam waktu 10 hingga 15 menit menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi darat lainnya. Walaupun infrastruktur jalan menuju bandara belum tergolong besar atau bertingkat seperti di kota metropolitan, namun kondisi jalannya cukup baik dan relatif lancar tanpa kemacetan.
Untuk transportasi umum, saat ini belum tersedia layanan bus bandara atau angkutan umum resmi yang terintegrasi langsung dengan terminal. Oleh karena itu, opsi transportasi yang paling umum digunakan oleh Nesian Trippers adalah taksi lokal, jasa travel, dan mobil sewaan harian. Biaya perjalanan dari pusat kota ke bandara atau sebaliknya berkisar antara Rp80.000 hingga Rp120.000, tergantung jenis kendaraan dan waktu pemesanan.
Di area kedatangan bandara, terdapat layanan penyewaan mobil yang dapat digunakan untuk keperluan wisata atau urusan bisnis. Namun, perlu dicatat bahwa layanan transportasi online seperti Gojek dan Grab belum beroperasi secara penuh di area bandara karena adanya kebijakan lokal. Hal ini membuat mobilitas masih bergantung pada kendaraan konvensional.
Meskipun belum memiliki terminal transportasi publik terpusat, pemerintah daerah tengah mengkaji rencana jangka panjang untuk menambah layanan antar-jemput resmi demi meningkatkan akses ke bandara. Tujuannya adalah untuk mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan memperlancar mobilitas wisatawan ke berbagai destinasi unggulan seperti kawasan konservasi dan pelabuhan wisata terdekat.
Potensi Wisata dan Ekonomi Sekitar Bandara Pangkalan Bun
Bandara Pangkalan Bun bukan hanya sekadar simpul transportasi udara, tetapi juga merupakan elemen penting dalam mendukung pertumbuhan pariwisata dan aktivitas ekonomi lokal di wilayah Kotawaringin Barat dan sekitarnya. Keberadaan bandara ini memberikan dampak langsung terhadap kemudahan akses menuju berbagai kawasan wisata unggulan yang memiliki daya tarik internasional.
Salah satu magnet wisata paling ikonik yang dapat dijangkau dari bandara ini adalah Taman Nasional Tanjung Puting, yang dikenal sebagai habitat alami orangutan dan spesies endemik lainnya. Destinasi ini sering dikunjungi oleh peneliti, pecinta alam, dan pelancong dari berbagai belahan dunia yang ingin merasakan pengalaman wisata konservasi di jantung hutan tropis Kalimantan.
Bandara ini juga memperkuat konektivitas dengan sektor perairan melalui akses darat ke Pelabuhan Kumai Pangkalan Bun, yang merupakan titik awal utama untuk pelayaran wisata menyusuri sungai dan menuju kawasan konservasi. Dari sini, pengunjung bisa mengakses Sungai Sekonyer Kalimantan Tengah, jalur air alami yang menghubungkan wisatawan ke berbagai camp dan pos riset di dalam taman nasional.
Di samping itu, keberadaan Pondok Tanggui Camp Leakey sebagai lokasi rehabilitasi orangutan turut mendorong tumbuhnya perekonomian lokal, terutama dari sektor penyedia jasa wisata, pemandu lokal, hingga pelaku usaha kuliner dan cinderamata.
Untuk para Nesian Trippers yang ingin menikmati liburan singkat namun tetap otentik, tersedia berbagai pilihan paket wisata menarik seperti : Open Trip Taman Nasional Tanjung Puting, Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 1 Hari, Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 2 Hari 1 Malam, Paket Wisata Taman Nasional Tanjung Puting 3 Hari 2 Malam. Paket-paket ini dirancang agar wisatawan dapat menikmati pesona alam dengan tetap menjaga kenyamanan serta keamanan selama perjalanan.
Dengan kombinasi keunikan ekologis dan dukungan fasilitas transportasi melalui Bandara Pangkalan Bun, wilayah ini berpotensi menjadi destinasi unggulan berkelas dunia.
